Panwaslu Bali Temukan Indikasi Pengavlingan Suara oleh Caleg

DENPASAR, KAMIS — Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu Provinsi Bali menemukan adanya indikasi pengavlingan suara di beberapa daerah di Pulau Dewata oleh beberapa calon legislatif. Ini menjadikan kekhawatiran Panwaslu kemungkinan rawan konflik di berbagai daerah antarwarga.  

Ketua Panwaslu Provinsi Bali Juana mengatakan, pengavlingan ini dipicu dari keputusan KPU pusat mengenai suara terbanyak adalah yang terpakai. Karenanya, para calon legislatif ini mulai bergerilya menghimpun suara di berbagai lapisan masyarakat dan tidak lagi menggantungkan kepada partai masing-masing. "Kami khawatir hal ini dekat dengan ketidakpuasan atau konflik-konflik kelompok," kata Juana di Denpasar, Kamis (15/1).  

Meski tidak bersedia menyebutkan beberapa daerah yang telah ditemukan adanya pengavlingan suara oleh para caleg, Juana tetap mengimbau agar masyarakat dan media berperan melaporkan pelanggaran tersebut. Alasannya, beberapa di antaranya telah bernuansa politik uang.  

Selama empat bulan terakhir hingga kemarin, Panwaslu Bali mencatat sebanyak 500 kasus, baik pengaduan masyarakat soal perusakan atribut, maupun pelanggaran pemasangan atribut. Namun, Juana mengatakan, hanya lima kasus yang bernuansa pidana dan tengah diproses.  

Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Polisi Tengku Ashikin mengerahkan sekitar 7.000 personelnya untuk mengamankan pelaksanaan Pemilu 9 April mendatang, khusus Pulau Dewata. Ia juga berjanji kepada KPU Bali akan membantu dalam mensosialisasikan Pemilu 9 April yang damai.  

Ashikin juga mengindikasikan suhu politik pada 9 April tersebut rentan, baik terhadap konflik maupun kerusuhan. Alasannya, pemilu mendatang lebih kepada pemilihan perseorangan dan bukan partai sehingga konflik bisa lebih tinggi dibandingkan pemilihan tahun-tahun sebelumnya.  

Di Bali, jumlah calon legislatif terdaftar tercatat sebanyak 4.924 orang. Pemilih terdaftar hingga kemarin tercatat sekitar 2,66 juta orang.